Sebuah insiden baru terjadi beberapa malam yang lalu. Insiden yang tidak
disengaja yang membangunkan sesuatu yang tanpa kusadari telah ada di
dalam diriku. Kamis malam kemarin temanku yang bernama Lilo mampir untuk
mengobrol, minum dan nonton TV di rumahku. Lilo bekerja di kantor yang
sama denganku. Hari Jumat keesokannya adalah hari libur untuk kantor
kami jadi kami mendaptkan 3 hari libur di akhir minggu tersebut. Karena
itulah kami tidak terburu-buru menghabiskan malam itu. Berbeda dengan
istriku, Sandra; ia harus bekerja esok harinya. Dan karena termasuk
orang yang tidak suka tidur larut malam, ia pergi tidur sekitar pukul
10:30. Sandra adalah salah satu orang yang paling lelap saat tertidur.
Beberapa kali aku pernah mencoba mengguncang-guncangkan bahunya untuk
membangunkannya, namun selalu gagal. Ia terus tertidur. Setelah Sandra
pergi tidur, Lilo dan aku duduk di ruang tamu dan menonton DVD porno
yang sengaja kami beli. Lagipula Sandra juga tidak pernah suka menonton
film-film seperti itu. Setelah beberapa adegan, Lilo berkata, “Wah,
pasti enak yah kalo punya cewe untuk diajak ngeseks! Udah lama banget
nih, gue kagak begituan!” Aku sedikit kaget mendengar komentarnya. Lilo
bukanlah pria yang buruk rupa. Dengan tinggi 175 cm dan berat sekitar 70
kg, aku malah menduga ia mempunyai banyak teman wanita. “Emangnya elu
lagi ga jalan sama siapa-siapa, Lo?” tanyaku. “Kagak. Sejak Bunga putus
sama gue 2 taon yang lalu, gue agak-agak malu untuk ajak cewe jalan,”
jawabnya. Kami mengobrol tentang Bunga yang ternyata tidak serius dengan
Lilo. Setelah beberapa botol bir dan beberapa adegan dari film porno
yang kami tonton, Lilo bangkit berdiri untuk pergi kencing.
Aku tetap duduk sambil menonton film itu untuk beberapa saat dan
akhirnya baru menyadari bahwa Lilo belum kembali setelah cukup lama
pergi kencing. Aku berdiri dan menghampirinya untuk memeriksa apakah ia
baik-baik saja. Saat aku berada pada jarak yang cukup dekat dengan WC,
aku melihat pintu itu terbuka. Aku masuk ke WC dan mendapati Lilo
berdiri di pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Ia
terlompat melihat aku masuk.
“Wah, sorry banget nih,” katanya. “Waktu gue masuk, pintu ini memang
udah terbuka. Dan waktu gue mau keluar, gue liat dia terbaring seperti
itu.” Aku berjalan mendekati tempat Lilo berdiri dan melihat ke arah
kamar tidurku. Sandra terbaring menyamping sehingga punggungnya
menghadap ke arah kami dengan kaki yang sedikit tertekuk. Sandra tidur
dengan mengenakan daster panjang namun bagian bawahnya tersingkap sampai
ke pinggul sehingga menampakkan bulatan pantat yang halus, mulus dan
terlihat tidak mengenakan celana dalam. Pundaknya sedikit tertarik ke
belakang sehingga memperlihatkan kami sisi bukit dadanya dan tonjolan
puting susunya dari balik daster yang sedikit tembus pandang. Ia
terlihat sangat seksi terbaring seperti itu dengan remang-remang cahaya
dari WC. Bibirnya sedikit terbuka dan rambutnya yang panjang terhampar
di atas bantal. Boleh dibilang posisi Sandra saat itu seperti sedang
berpose untuk pemotretan majalah dewasa.
“Gila! Cakep banget!” kata Lilo sambil menahan nafas. “Gue mau disuruh
apa aja untuk mendapatkan cewe seperti dia, Kris.” Pada awalnya aku
sedikit kesal mendengar perkataan Lilo. Namun pada saat yang bersamaan,
melihat Lilo memandang istriku seperti itu tanpa sepengetahuan Sandra
justru membuat diriku terangsang. “Aduh, sorry nih, Kris. Gue rasa udah
waktunya buat gue untuk pulang,” kata Lilo berbalik badan untuk keluar.
“Eh, tunggu, Lo,” kataku. “Ayo masuk ke sini sebentar aja. Tapi jalannya
pelan-pelan, oke?” “Ha?! Elu mau gue masuk ke kamar elu?” “Kalo cuma
lihat doang mah ga ada yang dirugikan, kan? Tapi kita engga boleh buat
dia terbangun, oke?”
Bahkan aku sendiri tidak percaya apa yang baru saja aku katakan. Aku
mengijinkan pria lain masuk ke kamar tidurku sehingga ia dapat melihat
istriku yang dalam keadaan ‘setengah’ telanjang. Aku pun masih tidak
yakin apa dan sejauh apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Saat kami berjingkat memasuki kamarku, aku mendorong Lilo untuk mendekat
ke samping ranjang. Bahkan Lilo sendiri terlihat tidak yakin.
Pandangannya berpindah-pindah antara aku dan Sandra. Semakin mendekat ke
ranjang, pandangannya lebih terarah ke Sandra. Sandra berbaring di
pinggir ranjang di sisi tempat kami berdiri dan semakin kami mendekat,
kedua bukit payudaranya semakin jelas terlihat.
Puting susunya dapat terlihat dari balik dasternya yang tipis. Walau
bagian bawah dasternya sudah tersingkap namun kami masih belum dapat
melihat bibir vaginanya karena tertutup oleh kakinya.
Aku hanya berdiri di sana dengan cengiran lebar memandangi Lilo dan
istriku bergantian. Dengan mulut ternganga, Lilo juga hanya memandangi
istriku dengan takjub dan kagum. “Gila, Kris. Seksi banget sih! Gue ga
percaya elu kasih gue liat bini elu dalam kondisi begini!”
Dengan hati-hati aku meraih tali daster Sandra dan menariknya turun
melewati pundaknya turun ke lengan sehingga bagian atas dasternya
tersingkap dan memperlihatkan lebih banyak lagi bagian payudaranya.
Gerakanku terhenti saat kain bagian atas daster itu tertahan oleh puting
Sandra.”Mau lihat lebih banyak?” aku berbisik.
“I-iyah!” Lilo berbisik balik. Dengan sangat lembut aku mencoba untuk
menurunkan tali daster itu lagi namun puting susunya tetap menahan kain
itu sehingga tidak dapat terbuka lebih jauh. Aku menyelipkan jari-jariku
ke bawah daster tersebut lalu dengan hati-hati mengangkatnya sedikit
melewati puting Sandra. Lilo menahan nafasnya tanpa bersuara. Sekarang
payudara kirinya sudah terbuka. Putingnya yang sangat halus dan berwarna
merah muda itu berdiri tegang karena mendapat rangsangan dari gesekan
kain dasternya tadi. Lalu aku meraih ke tali dasternya yang lain dan
meloloskannya dari pundak kanan Sandra. Dengan lembut aku menarik kain
daster itu melewati puting sebelah kanannya. Kini kami dapat melihat
kedua payudara Sandra tanpa ditutupi benang sehelaipun. Aku membiarkan
kedua tali dasternya menggelantung di lengan dekat sikunya karena aku
tidak mau mengambil resiko kalau-kalau istriku terbangun. Lilo masih
berdiri di sampingku dan dengan mulut yang masih ternganga ia menatapi
payudara dan pantat Sandra yang kencang. Sesekali Lilo mengusap-usap
tonjolan di selakangannya walau ia berusaha agar aku tidak melihatnya.
Penisku sendiri sudah membesar dan berusaha memberontak keluar dari
jahitan celana jeans yang kupakai. Aku terangsang bukan hanya karena
melihat tubuh istriku namun juga karena apa yang sedang kuperbuat.
“Jadi, bagaimana menurut elu?” aku berbisik lagi. “Gila, man! Gue ga
percaya semua ini! Dia cantik banget! Gue sih cuma berharap…,”
jawabnya sambil mengusap tonjolan penisnya sendiri. Aku berpikir
sejenak, “Kalau sampai ia terbangun…, tapi lagipula aku memang akan
mencobanya.”
Aku menarik Lilo semakin mendekat ke ranjang lalu aku menunjuk ke
payudara istriku. “Ayo, pegang susunya. Tapi harus dengan lembut, oke?
Gue nggak mau ambil resiko nih.” Mata Lilo terbuka lebar sekali lalu
mendekatkan dirinya ke tepi ranjang. Ia membungkuk sedikit dan
menjulurkan tangan kirinya untuk meraih bulatan payudara istriku.
Tangannya sedikit bergetar dan tangan kanannya ditekankan di
selangkangannya seakan digunakannya sebagai penopang. Tapi aku tahu apa
yang sebenarnya ia kerjakan. Jari-jari itu dijulurkan makin lama semakin
mendekat sampai akhirnya ujung jarinya menyentuh kulit payudara Sandra
tepat di bawah areola. Dengan hati-hati Lilo meletakkan ibu jarinya di
bagian bawah payudara Sandra sebelum akhirnya ia geser perlahan-lahan
naik ke puting susu tersebut. Sandra tidak bergerak. Saat ibu jarinya
mencapai bagian areola, Lilo menggerakkan telunjuknya melingkari puting
Sandra dengan lembut.
Aku kenal Sandra sejak jaman masih bersekolah. Kami berpacaran sejak
saat itu dan akhirnya kami menikah. Dan dalam sepengetahuanku, tidak
pernah ada pria lain yang pernah melihat tubuh Sandra sampai sejauh ini
apalagi menyentuhnya. Lalu Lilo mulai meraba payudara itu dengan sangat
lembut dari yang satu berpindah ke payudara yang lain. Sandra masih tak
bergerak dalam tidurnya walaupun sepertinya terlihat nafas Sandra
menjadi lebih cepat. Lilo mulai menjadi lebih berani dan dengan
menambahkan sedikit tenaga, ia meremas kedua buah dada Sandra. Lilo
sudah tidak menutup-nutupi usahanya untuk mengusap-usap penisnya dan
kelihatannya ia berniat untuk menyemprotkan spermanya dari balik
celananya. Aku masih belum puas untuk membiarkan semua ini berakhir saat
itu, jadi aku menyuruhnya mundur sejenak sementara aku melepaskan
tali-tali daster itu dari lengan Sandra. Aku menarik turun daster itu
sejauh yang aku bisa tanpa harus menarik secara paksa kain daster. Aku
berhasil membuka tubuh bagian atasnya sampai pada bagian bawah tulang
rusuknya sebelah kiri. Lalu aku bergerak ke bagian pinggulnya. Dengan
hati-hati aku menarik kain yang menutupi bagian bawah pantatnya lalu
melepaskan kain itu dari kakinya yang menekuk. Hal ini memperlihatkan
seluruh pantatnya dan sebagian dari bibir vaginanya. Lilo masih belum
dapat melihatnya dari tempat ia berdiri saat ini. Aku mendengar ia
sedang melakukan sesuatu di belakangku. Dan begitu berbalik badan, aku
mendapatinya sedang memelorotkan celana jeansnya sebatas testisnya
sehingga ia dapat leluasa mengocok penisnya. Aku kembali berbalik ke
Sandra lalu meluruskan kaki kirinya. Hal ini membuat bulu-bulu halus
kemaluannya dapat terlihat bahkan sampai hampir ke bibir vaginanya. Saat
melihat aku melakukan hal ini, Lilo melongokkan badannya melewati
badanku untuk melihat tubuh Sandra lebih jelas sementara ia
bermasturbasi. Aku menarik kaki kiri Sandra dengan lembut sehingga
membuat tubuhnya berbaring terlentang menghadap ke atas dan
memperlihatkan seluruh tubuhnya secara frontal.
“Wahhhh, gila, man!” Lilo berbisik dan mulai mengocok penisnya lebih
cepat.
“Jangan cepet-cepet, brur,” aku memperingatkan dia. “Elu mau pegang
memeknya sebelum elu klimaks, kan?” Langsung Lilo berhenti mengocok dan
menatapku dengan pandangan seperti anak kecil yang dihadiahi sepeda
baru. “Mantap, man! Elu kasih gue…, ahhh, mantap, man!” Ia mengganti
tangan kanan dengan tangan kirinya untuk memegang penisnya, tapi tidak
mengocoknya. Lalu dengan tangan kanannya, yang sedari tadi digunakan
untuk mengocok penisnya, ia menyentuh bulu-bulu kemaluan Sandra dengan
perlahan. Lilo mulai membelai Sandra melalui bulu-bulu itu dengan
jemarinya. Namun tidak sampai ke bibir vaginanya. Sandra masih terlelap
namun nafasnya semakin bertambah cepat setelah Lilo mengusap-usap
kemaluannya. Setelah itu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuknya,
Lilo mengusap turun ke sepanjang bibir vagina Sandra lalu mengusap naik
lagi sambil menaruh jari tengahnya di antara bibir kemaluan tersebut.
Begitu ia menarik tangannya ke atas, jari tengahnya membuka bibir vagina
itu dan wangi harum vagina Sandra mulai memenuhi kamar.”Gilaaaaa, man!”
desah Lilo sambil menarik ke atas jari-jarinya yang sudah masuk sedikit
ke dalam liang kewanitaan istriku.Saat jari Lilo menyentuh klitorisnya,
tubuh Sandra seakan tersentak sedikit lalu ia mendesah dengan suara
yang nyaris tak terdengar. Melihat hal ini Lilo segera menarik
tangannya.
Aku melihat bahwa istriku masih terlelap namun aku tidak yakin apakah
perbuatan ini dapat membangunkannya atau tidak. Lilo menatap aku dan aku
menganggukkan kepalaku memberi isyarat bahwa ia dapat melanjutkan. Lalu
dengan menggunakan tangan kirinya, Lilo mengocok penisnya sampai cairan
pelumas keluar dari ujung penisnya. Lilo menyapu cairan yang keluar
cukup banyak membasahi kepala penisnya kemudian dengan tangan yang sama
ia mulai mengusap-usap bibir kemaluan Sandra. Kadang ia membuka bibir
vagina tersebut dengan jari tengahnya. Sesekali pinggul Sandra bergerak
maju dan mundur sedikit dan ditambah dengan desahan lembut yang keluar
dari mulutnya. Lilo sudah mengocok penisnya lagi. Lalu tiba-tiba sebuah
ide timbul dalam otakku.
Dengan hati-hati aku menarik kaki kiri Sandra keluar dari ranjang sampai
vaginanya berada tak jauh dari ujung ranjang namun masih cukup jauh
bagi Lilo untuk menyetubuhi istriku. Penis Lilo tidak sepanjang itu dan
lagipula aku tidak yakin apakah persetubuhan dapat membangunkannya. Dan
juga aku tidak yakin apakah aku ingin Lilo menyetubuhi istriku karena
hal ini masih baru buatku.
“Lo, ke sini deh,” aku berbisik sambil menarik lengannya. “Berdiri di
antara pahanya. Dari sini elu bisa lebih leluasa mengusap-usap memeknya
sambil ngocok. Tapi jangan ngentotin dia, ya? Elu denger, engga?” Lilo
mengangguk dan segera pindah ke antara kedua paha Sandra. Lilo
mengusap-usap vagina Sandra dengan jari-jari tangan kirinya dan mengocok
penisnya dengan tangan kanan. Penis Lilo hampir sejajar tingginya
dengan vagina Sandra dan berjarak sekitar 10 cm sementara ia mengocok
penisnya dengan penuh nafsu. Lalu Lilo menggunakan ibu jarinya untuk
mengusap-usap vagina Sandra sehingga ia dapat lebih mendekat lagi sampai
pada akhirnya jarak antara penis dan vagina Sandra kurang dari 1½ cm.
Pinggul Sandra masih sedikit bergoyang-goyang sesekali dan pada satu
saat, pinggul Santi bergerak ke bawah dan kepala penis Lilo bersentuhan
dengan bibir vagina Sandra. Penis Lilo menggesek sepanjang bibir
kemaluan istriku. Hal ini membuat Lilo meledak dan berejakulasi.
Spermanya muncrat ke mana-mana dan sebagian besar tersemprot ke bibir
vagina Sandra. Pada setiap semprotan, Lilo melenguh dan beberapa kali
dengan ‘tanpa disengaja” ia menorehkan kepala penisnya ke bagian atas
dari bibir vagina istriku. Lilo pasti sudah lama tidak berejakulasi
karena sperma yang dikeluarkannya begitu banyak. Saat selesai klimaks,
Lilo mengurut penisnya untuk mengeluarkan lelehan sperma yang masih
tersisa di saluran penisnya. Ia membiarkan lelehan itu jatuh ke bibir
vagina Sandra yang sedikit terbuka. Dan saat mengalir ke bawah di
sepanjang bibir vagina tersebut, terlihat lelehan itu masuk lalu
menghilang begitu saja seperti tertelan bumi.
Lilo memandangku dan berbisik, “Gilaaaa, man! Gue ga tau cara berterima
kasih sama elu, Kris!”
Aku tersenyum kepadanya dan memapahnya mundur secara ia telah selesai
dengan urusannya.Sekarang saatnya giliranku. Aku berdiri di antara
kakinya lalu melepaskan celanaku dan mulai mengocok penisku. “Lilo, elu
keluar sebentar deh. Gue mau coba tarik badannya lebih ke pinggir supaya
gue bisa ngentotin dia,” aku berbisik dengan lebih kencang. Lilo
menurut dan berjalan menuju pintu kamar kalau-kalau istriku terbangun.
Aku menarik tubuhnya sampai pantat sebelah kirinya menggantung di
pinggir ranjang. Selama itu Sandra tidak bangun sama sekali namun
nafasnya masih berat dan dari vaginanya keluar cairan pelumas dari
tubuhnya bercampur dengan sperma Lilo. Lalu aku menyuruh Lilo masuk ke
kamar lagi untuk membantuku dengan menyangga kaki dan pantat kiri Sandra
sehingga tanganku dapat kugunakan dengan bebas. Lilo meraih kaki kiri
Sandra dengan tangan kirinya lalu dengan tangan kanannya ia menopang
pantat Sandra. Aku melihat ia meremas pantat istriku saat ia mencoba
menopangnya. Dan aku mulai menggesek-gesekkan penisku naik dan turun ke
bibir vaginanya yang sudah basah. Vaginanya sangat amat basah. Cairan
vagina Sandra yang bercampur dengan sperma Lilo, membuat liang
kewanitaan Sandra menjadi sangaaaat licin. Bahkan aku sudah hampir
klimaks jadi aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam
liang kemaluan Sandra yang panas.
Walau sudah sangat basah namun liang vagina Sandra masih sangat sempit
secara Lilo tidak sempat melakukan penetrasi. Akan tetapi penisku dapat
menembus dengan mudah. Segera aku memompa vagina Sandra dan setelah
sekitar 10 pompaan maju mundur, Sandra mengalami orgasme dalam
tidurnya!!! Hal ini sudah cukup membuatku melambung mencapai klimaks.
Aku mulai menyemprotkan cairanku masuk ke dalam vaginanya dan tiap
muncratan seakan tersembur langsung dari buah zakarku. Sandra
mengerang-erang dalam tiap desahannya dan begitu pula aku.
Lilo berkata, “Gilaaaa, man!” namun kali ini ia tidak berbisik. Hal ini
tidak jadi masalah karena Sandra tak bangun sedikitpun selama kami
menggarap tubuhnya. Ketika aku menarik penisku, Lilo menaruh pantat dan
kaki Sandra kembali ke ranjang. Lalu ia menunduk menjilati dan mengecup
puting susu Sandra dan menyedotnya saat ia kembali menegakkan badannya.
Aku sudah terlalu lemas untuk berkomentar dan akhirnya aku hanya menarik
tangannya untuk keluar kamar. Saat aku berjalan mengantarnya ke luar
rumah, Lilo tak habis-habisnya berterima kasih kepadaku. Aku melambaikan
tangan lalu mengunci pintu. Aku masuk ke kamar, berbaring di atas
ranjang di samping Sandra dan langsung terlelap begitu saja.
Keesokan harinya, Sandra membangunkanku dengan mencium telingaku. “Elu
ga bakalan percaya apa yang gue mimpiin kemarin malam!” katanya membuka
pembicaraan. “Gue bermimpi ada banyak tangan yang meraba-raba badan gue.
Ngomong-ngomong, kemarin malam kita ngapa-ngapain ga, yah?” Aku
teringat kalau aku tidak sempat membersihkan sperma yang tercecer di
tubuhnya dan di ranjang sebelum pergi tidur kemarin. “Eeehhh…, iya
lah. Memangnya elu engga ingat apa-apa?”
“Yaah…, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue
setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa elu
berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga
ketiduran?” Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malam…, “Hmmmm,
bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?” aku tersenyum.
Pada minggu berikutnya di kantor aku terus memikirkan malam itu dimana
Lilo hampir menyetubuhi istriku, Sandra. Aku dan Lilo tidak pernah
menyinggung hal itu walau beberapa kali kami saling melepas senyum. Lilo
melemparkan senyum penuh rasa terima kasih kepadaku.
Harus kuakui, aku sudah menjadi terobsesi dengan ide melihat istriku
disetubuhi pria lain. Namun masih ada perasasan yang mengganjal. Melihat
Lilo bermasturbasi di depan Sandra malam itu benar-benar tidak menjadi
masalah bagiku. Tetapi dapatkah aku menerima melihat pria lain
benar-benar berhubungan seks dengan istriku? Menjelang akhir minggu aku
dapat melihat pandangan penuh harap dari wajah Lilo. Aku tahu apa yang
ia pikirkan: “Apakah Kris bakal ngundang gue datang ke rumahnya lagi?”,
“Apakah gue bisa dapat kesempatan dengan istrinya?”
Hari Jumat akhirnya tiba dan sebelum jam pulang kantor aku mengajak Lilo
untuk berkunjung lagi ke rumahku. Kegembiraan yang besar meluap dari
diri Lilo.
“Yeahhhhh! MANTAP!!! Gue bakal bawa bir dan beberapa film untuk kita
tonton!” katanya dengan penuh semangat. “Oke. Datang jam 9-an deh,”
jawabku. Aku tahu pada saat itu Sandra pasti sudah mulai mengantuk dan
keberadaan Lilo akan mendorongnya untuk pergi tidur lebih cepat secara
ia tidak begitu suka bergaul dengan Lilo. Aku merasa geli sesaat
membayangkan hal itu. Jika saja Sandra tahu apa maksud kedatangan Lilo,
ia pasti tidak akan tidur sepanjang malam, setidaknya sampai Lilo
pulang.
Lalu aku melakukan sesuatu yang mengangetkan diriku sendiri. “Hey, Jo!
Apa yang elu kerjakan malam ini?” aku bertanya. Josua adalah pribumi
berkulit gelap. Tinggi badannya mencapai 190 cm dengan berat badan bisa
mencapai 90 kg. Josua bukan seorang yang gemuk namun ia memiliki tubuh
yang besar dan kekar. “Ah, ga banyak. Kenapa? Elu ada acara apa?” ia
balik bertanya. “Sekitar jam 9 malam nanti Lilo bakal datang ke rumah
gue untuk main-main. Minum, ngobrol, apa aja deh. Kalo engga salah
denger dia bilang dia bakal bawa film-film BF. Gimana, berminat?”
“Boleh, tapi mungkin gue bakal telat. Gue musti kerjain sesuatu untuk
bokap, tapi ga lama deh,” jawabnya. “Engga masalah. Oke sampai ketemu
nanti,” aku berkata sambil berpikir mungkin memang ada baiknya Josua
datang setelah Sandra tertidur.
Aku menoleh dan melihat wajah Lilo yang terkejut, namun terkejut dalam
nuansa yang menggembirakan. Aku tersenyum dan sambil mengedipkan mataku
aku berjalan melewatinya, “Sampai nanti, Lo!” Malam itu saat makan
malam, aku terus memikirkan rencana malam nanti. Aku membeli sebotol
anggur dan meminumnya bersama Sandra dengan harapan ia dapat tertidur
pulas malam itu. Seperti yang aku harapkan, tidak memerlukan waktu yang
lama sampai Sandra mulai cekikikan karena pengaruh anggur yang ia minum.
Suatu keuntungan yang tidak terduga anggur tersebut juga memberikan
efek yang menstimulasi tubuhnya.
Dari bawah meja, Sandra mulai menggesek-gesekkan kakinya yang terbalut
stoking ke pahaku. Kemudian setelah beberapa gelas anggur lagi, sambil
menonton TV Sandra duduk menghadapku dengan satu kaki diletakkan di
lantai dan kaki lainnya ditekuk sehingga ia mendudukinya. Hal ini
menyebabkan roknya yang pendek tertarik ke atas sehingga memperlihatkan
pahanya dan ujung stokingnya.
Ia membuka kakinya sedikit untuk memperlihatkan kepadaku celana dalamnya
saat bel pintu rumahku berbunyi. “Aaaah!” ia memprotes. Aku bangkit
berdiri untuk membukakan pintu. “Siapa yah yang datang malam-malam
begini?” aku bertanya seakan tidak tahu bahwa yang datang adalah Lilo.
Setelah aku membuka pintu, Lilo masuk dengan kantong plastik di
tangannya. Ia berdiri di samping pintu setelah aku menutup pintu itu.
Lilo memandang Sandra dan mulai berbasa-basi dengannya. Saat kembali ke
tempat dudukku, aku menyadari bahwa Sandra masih dalam posisi yang sama.
Sandra duduk menghadap kami sambil memain-mainkan rambutnya. Ia
benar-benar tidak sadar sedang memperlihatkan terlalu banyak bagian
tubuhnya kepada Lilo saat ia duduk di sana dengan wajah yang terlihat
kecewa. Lilo hanya berdiri mematung di sana sementara mereka saling
berpandangan. Sandra memandangnya dengan pandangan kosong sedangkan Lilo
memandangnya dengan pandangan tidak percaya. Tiba-tiba Sandra tersadar
akan posisi duduknya dan cepat-cepat berbalik lalu menurunkan roknya.
“Ayo duduk, Lo. Sini…, gue taruh di kulkas dulu,” kataku sambil
mengambil kantong plastik yang berisi bir lalu berjalan ke dapur. Saat
sedang memasukkan bir-bir itu ke dalam kulkas, terdengar olehku Lilo
berkata kepada Sandra bahwa ia berharap kedatangannya tidak mengganggu
acara aku dan Sandra. “Oh enggak,… nggak apa-apa kok,” terdengar
jawaban Sandra. Aku tahu benar untuk bersikap sopan, Sandra membohongi
Lilo. “Kita cuma duduk-duduk sambil nonton TV doang kok,… dan sudah
berniat untuk tidur.”
Aku tahu Sandra mencoba untuk memberi isyarat kepada Lilo bahwa
kedatangannya sudah mengganggu kami. Sandra memang tidak tahu apa-apa
tentang rencana kami malam ini. “Apa rencana elu malam ini, Lo?” sambil
memberi bir, aku bertanya kepada Lilo setelah kembali dari dapur. “Ah,
nggak banyak lah. Cuma mampir untuk minum-minum sedikit.” “Boleh-boleh
aja. Gimana menurut elu, San?” aku bertanya sambil memandangnya. Wajah
Sandra menunjukkan kalau ia sudah pasrah bahwa Lilo akan tetap tinggal
sampai larut malam. “Ya sudah, kalau begitu gue permisi dulu deh. Gue
tidur duluan yah,” jawabnya dan bangkit dari sofa. “Bagus!” pikirku,
semua sesuai dengan rencana. “Oke, San. Gue nyusul nanti,” kataku sambil
tersenyum kepada Lilo. Dengan mulutnya, Lilo melafalkan tanpa suara,
“Gue juga!” setelah Sandra berjalan melewatinya menuju kamar tidur.
Setelah Sandra masuk ke kamar, Lilo dan aku duduk menatap TV dengan
pandangan kosong. Tidak satupun dari kami yang membuka suara. Suasana
saat itu menjadi tegang penuh harap apa yang akan terjadi nanti.
Sekitar pukul 10 malam, aku mendengar Josua memarkirkan mobilnya di
depan rumah. Aku berdiri dan membuka pintu sebelum ia membunyikan bel.
Sebenarnya aku tidak berpikir suara bel rumah kami akan membangunkan
Sandra, namun aku tidak mau ambil resiko. Pada awalnya kami bertiga
mengobrol sana-sini setelah Lilo memutar film yang dibawanya. Josua
masih tidak tahu menahu tentang rahasia kecil kami. Aku sendiri masih
belum yakin benar untuk mengikutsertakan Josua ke dalam rencana malam
ini. Setelah 15-20 menit, aku melihat Lilo mulai gelisah. Berulang kali
Lilo terlihat beringsut dari tempat duduknya dan memandangku seakan
berharap mendapat kode persetujuan untuk memulai acara malam itu. “Gue
permisi sebentar yah,” kataku sambil berdiri menuju kamar dan memberi
isyarat kepada Lilo untuk tetap duduk di tempatnya. Aku mau memastikan
semuanya sudah pada tempatnya sebelum acara dimulai. Dengan hati-hati
aku berjalan masuk ke kamar. Sandra tidur terlentang di ranjang dengan
memakai daster imut yang semi transparan. Aku rasa anggur yang
diminumnya tadi sudah bereaksi dalam tubuhnya secara Sandra tidur dengan
kaki yang agak mengangkang dan kedua lengannya tergeletak di atas
kepalanya. Sandra terlihat sangat cantik terbaring di sana dengan mulut
yang sedikit terbuka (seperti biasanya) dan rambut yang tergerai di atas
bantal. Buah dadanya sudah dapat terlihat dari balik kain dasternya
yang tipis, menjulang seperti dua gunung kembar.
Nampaknya semua sudah siap tanpa aku harus berbuat apa-apa. Aku bergerak
menuju pintu WC dengan perlahan lalu membukanya sedikit sehingga kamar
itu sedikit lebih terang oleh cahaya lampu dari WC. Lalu aku keluar
bergabung dengan Lilo dan Josua yang masih menonton film porno yang
sedang diputar. “Jo, elu mau bir lagi?” tanyaku berharap supaya ia
segera pergi kencing. “Boleh, thanks!” jawabnya. Lilo mengikutiku
berjalan ke dapur dan segera menghamburkan pertanyaannya, “Elu mau
gimana kerjainnya?” “Ya, gue rasa kita musti tunggu Josua pergi ke WC
dulu untuk kencing. Trus, barulah kita berdua masuk ke kamar dan melihat
apa yang bakal dia perbuat.”
Lilo tersenyum dan kembali ke ruang tamu. Kami masih menonton beberapa
menit setelah itu dan mengomentari adegan-adegan di film tersebut. Tak
lama setelah itu Josua berkata, “Eh, Kris,… WC elu dimana?” “Tuh di
sana,” kataku sambil menunjuk ke arah WC. Aku berusaha agar suaraku
tidak terdengar terlalu antusias. Josua berjalan menuju WC. Setelah aku
mendengar pintu WC dikunci, aku dan Lilo bergegas menuju kamar. Setelah
berada di dalam kamar, pandangan Lilo melekat ke tubuh Sandra yang
terbaring di atas ranjang. Josua tidak menutup pintu yang menghubungkan
WC dengan kamar tidurku. Mungkin ia tidak menduga akan ada orang lain di
sana.
Saat ia selesai, aku dapat mendengar ia menarik resletingnya dan bersiap
keluar WC. Tiba-tiba aku mendengar Josua berhenti. Pasti ia telah
melihat Sandra. Ia seakan berdiri berjam-jam di sana sambil memandang
istriku terbaring di ranjang dengan payudaranya yang terlihat jelas dari
balik daster transparan yang dipakainya, naik turun mengikuti irama
nafasnya.
“Bangsaaattt!” aku mendengar Josua berbisik. Aku tidak dapat menahan
geli dan tergelak. Josua mendengar suaraku dan melongokkan kepala masuk
ke kamar dan mendapati kami sedang berdiri di sana. Segera aku
menempelkan telunjuk ke bibirku dan menyuruhnya untuk tidak bersuara.
Aku mengajaknya masuk. “Itu bini elo, Kris?” ia berbisik lagi. Aku
mengangguk lalu menuntunnya menuju sisi ranjang. Lilo mengikut dari
belakang dan berdiri di sebelah kiriku saat kami bertiga memandangi
tubuh istriku dari jarak dekat. “Gimana menurut elu?” tanyaku kepada
Josua sambil tersenyum. Ia menatap Sandra beberapa detik lagi lalu
menoleh ke aku dan menatapku sambil menduga-duga ada apa di balik semua
ini. “Cantik banget, Kris!” ia menjawab sambil setengah tersenyum.
Perlahan-lahan aku meraih kain selimut yang menutupi tubuh bagian
bawahnya lalu menarik kain itu sehingga memperlihatkan bagian perut
Sandra. Aku terus menarik selimut itu sampai ke bagian antara pusar dan
bulu-bulu kemaluannya. Kini kami dapat melihat ujung daster yang
dipakainya. Dengan hati-hati aku meraihnya dan mengangkat daster itu
melewati tubuh Sandra yang putih mulus, melewati payudaranya yang ranum.
Puting susunya yang kemerahan mulai mengeras karena angin dingin
tertiup yang diakibatkan oleh pergerakan tanganku dan dasternya. Aku
bergeser ke sebelah kiri untuk memberi ruang bagi Josua untuk berdiri
tepat di depan payudara Sandra. Sedangkan Lilo bergerak ke sebelah kanan
Josua berdiri tepat di depan wajah Sandra. Tanpa membuang waktu, Lilo
membuka celananya dan mulai mengocok penisnya sementara aku menuntun
tangan Josua untuk meraba buah dada istriku dengan lembut.
Melihat perbedaan kontras antara tangannya yang besar dan hitam dengan
kulit Sandra yang putih saat Josua meraba-raba payudara Sandra membuatku
sangat terangsang! Tangannya sangat besar, hampir-hampir menutupi
seluruh payudara Sandra yang berukuran sedang. Dengan lembut Josua
menjepit puting susu Sandra dengan ibu jari dan telunjuknya sehingga
terdengar desahan lembut keluar dari mulut Sandra. Sementara itu, Lilo
sudah melepaskan celananya dan dengan mantap mengocok penisnya yang
diarahkan tepat ke wajah Sandra yang hanya terpaut beberapa senti dari
mulutnya yang sedikit terbuka. Lilo menoleh ke aku saat ia meremas
penisnya yang mengeluarkan cairan pelumas. Cairan itu dibiarkannya
meleleh dari kepala penisnya dan menetes tepat di bibir Sandra. Pada
awalnya Sandra tidak bergerak sama sekali sementara cairan itu
menggenangi bibir bawahnya. Namun sensasi yang dibuat cairan itu pada
bibirnya membuat Sandra menyapu cairan itu dengan lidahnya dan
menelannya.
Melihat hal ini, Josua ikut melepaskan celananya. Setelah melepaskan
celana jeans dan celana dalamnya, aku melihat penis yang paling gelap
dan terbesar yang pernah aku lihat. Mungkin setidaknya panjangnya lebih
dari 25 cm dan tebalnya lebih dari 6 cm. Membayangkan penis sebesar itu
menerobos masuk ke dalam vagina Sandra yang basah membuat diriku
bersemangat namun ada perasaan khawatir juga. Aku sadar kalau sampai
Josua memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, pasti penis Josua
akan memaksa mulut vaginanya meregang sampai melebihi batas normal. Dan
tidak ada keraguan dalam diriku bahwa hal ini pasti akan membangunkan
Sandra walau seberapa lelapnya ia tertidur saat itu.
Josua memandangku sejenak sebelum ia menunduk dan mengulum puting susu
sebelah kanan Sandra sambil mengocok penisnya. Lalu ia membungkukkan
badannya sehingga pinggangnya maju ke depan dan mulai menggesek-gesekkan
penisnya ke payudara sebelah kiri. Setelah mengocok penisnya beberapa
saat, lendir pelumas mulai keluar dari ujung penisnya. Josua mengolesi
cairan itu ke seluruh bulatan payudara dan puting susu Sandra dengan
cara menggesek-gesekkan kepala penis itu ke payudara kirinya. Setelah
menyuruh Lilo bergeser sedikit, aku menarik turun kain selimut sampai
melewati ujung kakinya. Kini kami dapat melihat bulu-bulu halus
kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalam semi transparan itu.
Lilo menjamah kaki Sandra lalu mengelus-elusnya dari bawah bergerak ke
atas semakin mendekat ke selangkangan Sandra sambil terus mengocok
penisnya.
Hal ini merebut perhatian Josua. Ia kini menonton aksi Lilo sambil terus
mengolesi payudara Sandra dengan cairan pelumas yang terus keluar dari
penisnya. Rabaan Lilo akhirnya mencapai bagian atas paha Sandra. Ia
membelai jari-jarinya ke bibir vagina istriku yang masih dilapisi kain
celana dalamnya. Setelah Lilo membelai naik dan turun ke sepanjang bibir
vaginanya, pinggul Sandra mulai bergoyang maju mundur walau hanya
sedikit. Dan itu merupakan pergerakan Sandra yang pertama sejak semua
ini dimulai (selain gerakan menjilat bibirnya tadi). Aku semakin
bersemangat. Dengan lembut aku mengangkat tubuh Sandra sehingga aku
dapat melepaskan celana dalamnya, pertama ke sebelah kiri lalu ke
sebelah kanan. Setelah dapat menarik celana dalamnya sampai ke setengah
pahanya, segera aku menarik celana itu sampai lepas dari kakinya. Sandra
kini telanjang bulat di hadapan dua pria yang sudah dikuasai nafsu
birahi. Melihat istriku yang cantik terbaring tanpa mengenakan busana di
hadapan Lilo dan Josua sementara mereka meraba, menggesek dan
menjelajahi setiap jenjang tubuh istriku, membuatku hampir meledak. Lilo
menggeser kaki kiri Sandra sehingga keluar dari sisi ranjang lalu
menyelinap ke antara pahanya dan dengan jari-jarinya mulai menjelajahi
vagina Sandra yang rapat. Awalnya masih dengan hati-hati, dengan
menggunakan ibu jarinya, Lilo mengusap-usap bibir vagina istriku dengan
wajahnya hanya terpaut beberapa senti dari liang kewanitaannya.
Kemudian Lilo memegang klitoris Sandra dengan ibu jari dan telunjuknya
lalu memilinnya dengan lembut. Hal ini membuat Sandra mendesah dan
menggeliat-geliat sehingga membawa kakinya ke pundak Lilo. Josua sambil
menggesek-gesekkan batang penisnya ke kedua payudara Sandra juga
meremas-remas payudara itu, menonton aksi Lilo di antara paha Sandra.
Ketika perhatianku kembali kepada Lilo, ia sudah menggantikan
jari-jarinya dengan lidahnya! Dengan lembut Lilo meletakkan salah satu
jarinya ke liang kewanitaannya. Ia menahannya di sana beberapa saat
sampai cairan vagina Sandra membasahi jari itu. Baru setelah itu ia
menusukkan jari itu dengan perlahan masuk ke dalam vagina istriku.
Sandra tersengal dan kedua kakinya dikaitkan di sekeliling kepala Lilo.
Tanpa putus semangat, Lilo meneruskan serangannya dengan menggunakan
lidah dan jarinya pada vagina istriku.
Tidak ada pria lain mana pun yang pernah melakukan hal ini terhadap
Sandra selain dari diriku. Berdiri di antara Lilo dan Josua, aku
langsung melepaskan celanaku dan mulai mengocok penisku sementara mereka
menggarap istriku. Tiba-tiba Josua berpindah posisi dan dengan perlahan
menarik bahu Lilo. Lilo memandang wajah Josua sejenak lalu pandangannya
turun ke penis besarnya yang terarah tepat langsung ke mulut bibir
kewanitaan Sandra. Lilo mundur mengijinkan Josua mengambil tempatnya
yang langsung mengolesi kepala penisnya ke sepanjang bibir vagina
istriku. Aku dapat melihat cairan pelumas yang keluar dari penisnya
membasahi vagina dan bulu-bulu kemaluannya.
Aku terpekur dan tidak bisa bergerak sama sekali. Aku tidak tahu apa
yang harus kulakukan. Aku tahu bahwa Josua hendak menyetubuhi istriku
dengan penis raksasanya, namun bukan hal itu yang meresahkan aku. Jauh
dalam lubuk hatiku sebenarnya inilah yang aku inginkan dan yang sudah
aku rencanakan. Akan tetapi aku tahu pasti bahwa Sandra akan terbangun
begitu penis itu memasuki tubuhnya. Terlebih lagi aku baru menyadari
bahwa diafragma (alat KB) Sandra tergeletak di atas meja. Biasanya, ia
memakai diafragmanya ketika ia tahu kami berniat untuk melakukan
‘sesuatu’, bahkan jika ia pergi tidur sebelum aku tidur. Namun malam
itu, aku rasa ia sudah mabuk sehingga lupa memakainya. Gambaran adegan
pria berkulit gelap ini menyemprotkan air maninya ke dalam liang vagina
istriku yang tidak dilindungi alat KB, memicu sesuatu dalam diriku walau
sebenarnya aku INGIN melihat Josua menumpahkan spermanya ke dalam
vagina Sandra. Aku sudah tidak dapat mengontrol keinginanku untuk
melihat hal ini. Boleh dibilang aku memang sudah kehilangan kontrol atas
situasi ini. Setelah membalur kepala penisnya dengan cairan yang keluar
dari vagina Sandra, Josua menaruh kepala penis itu di depan mulut bibir
vagina istriku lalu… menekannya masuk.
Dengan perlahan kepala penis itu mulai menghilang dari balik bibir
vagina itu. Bibir vagina istriku meregang dengan ketat sehingga mencegah
kepala penis itu masuk lebih dalam. Masih dalam keadaan terlelap,
Sandra membuka mulutnya saat ia tersengal begitu merasakan sedikit rasa
perih pada selangkangannya. Aku berpikir: Jika hanya kepala penisnya
yang baru masuk saja sudah membuat istriku kesakitan, apa jadinya saat
Josua mencoba untuk menghujamkan seluruh batang penis itu ke dalam
tubuhnya? Tapi untunglah Josua bersikap lembut dalam serangan awal pada
vagina Sandra. Dengan selembut mungkin dan dalam kondisinya yang sudah
sangat terangsang, Josua menggoyangkan pantatnya dalam gerakan maju
mundur yang pendek-pendek sehingga membuat bibir vagina istriku lebih
meregang sedikit demi sedikit seiring dengan semakin mendalamnya tusukan
penis itu.
Lilo kembali pindah ke depan kepala Sandra. Ia bermain-main dengan
payudaranya sedang tangannya yang lain mengocok penisnya di atas wajah
Sandra. Sesekali Lilo membungkuk dan dengan lembut mencium bibir istriku
yang sedikit terbuka itu, menjulurkan lidahnya sedikit masuk ke dalam
mulutnya sementara terus meremas-remas payudaranya sambil mengocok
penisnya. Saat lidah Lilo menyentuh lidahnya, dengan gerak refleks
Sandra menutup bibirnya sedikit sehingga bibirnya membungkus lidah Lilo.
Dengan segera Lilo menarik wajahnya ke belakang lalu menyodorkan kepala
penisnya masuk sedikit ke dalam bibir Sandra yang agak terbuka. Seperti
sedang bermimpi erotis, Sandra mulai mengecup ujung kepala penis Lilo.
Aku mendengar Lilo mengerang saat aku mendengar suara menyedot keluar
dari bibir sandra
Perhatianku kembali kepada usaha penerobosan Josua terhadap tubuh
istriku. Saat ini sudah sekitar 5 cm dari penisnya masuk ke dalam vagina
Sandra dan bagian yang paling tebal dari penisnya hampir masuk ke
dalamnya.
Tiba-tiba, seakan pembatas yang menghalangi penis itu masuk lebih dalam
lenyap dalam sekejap, bagian penis yang paling tebal itu langsung masuk
ke liang kewanitaan Sandra. Josua mulai menggenjot panggulnya dengan
serius. Ia baru saja memasukkan 2/3 dari penisnya saat tiba-tiba……
SANDRA TERBANGUN!
Mula-mula kedua mata istriku melotot lalu ia tersengal dan mengeluarkan
penis Lilo dari mulutnya sementara ia merasakan vaginanya meregang
sampai batas maksimal. Kami bertiga diam membeku saat orientasi Sandra
yang baru terbangun sedikit demi sedikit terkumpul dan pada akhirnya
Sandra tersadar sepenuhnya akan apa yang sedang terjadi. Pandangannya
berpindah dari penis Lilo yang menggantung di depan bibirnya lalu ke
Josua yang penisnya sudah masuk ke dalam vaginanya. Tiba-tiba, yang
benar-benar membuatku terkejut, Sandra melingkarkan kedua kakinya ke
pantat Josua lalu menekankan tubuh Josua agar penisnya terbenam semakin
dalam pada vaginanya. Sandra mengerang saat penis itu masuk 4 cm lebih
dalam. Sudah sebagian besar dari batang penis itu masuk ke dalam
tubuhnya dan dalam tiap hentakan, penis itu menerobos semakin dalam.
Lilo menaruh kepala penisnya di bibir Sandra dan sekali lagi Sandra
mulai menghisapi kepala penis itu. Namun konsentrasinya jatuh pada penis
Josua yang meregang bibir vaginanya sampai batas yang belum pernah ia
bayangkan sebelumnya.
Setiap kali Sandra hendak menghisap kepala penis Lilo, Josua menancapkan
penisnya lebih dalam yang membuatnya terhenti sejenak dengan desahan
yang keluar dari mulutnya. Aku mulai mengocok penisku dengan lebih cepat
ketika aku melihat Josua menghujamkan seluruh batang penisnya ke dalam
Sandra. Bibir vaginanya ikut tertarik ke dalam seiring dengan masuknya
penis itu. Dan saat Josua menarik penisnya keluar, cairan cinta Sandra
terlihat membasahi batang penis itu dan bagian dalam vaginanya terlihat
ikut tertarik keluar seperti saat kita menarik keluar jari-jari kita
dari dalam sarung tangan. Dalam waktu singkat Sandra berorgasme dengan
KUAT! Penis Lilo terlepas bebas dari mulutnya saat ia melenguh dengan
kuat, “OOOOHHHHHHhhhh…..!” Seluruh tubuhnya mengejang sementara
gelombang demi gelombang orgasme menyapu seluruh tubuhnya dan tiap kali
teriakannya semakin kencang secara orgasmenya berlanjut dan semakin
menguat. Getararan-getaran dalam vagina istriku yang membungkus rapat
penisnya akhirnya membuat Josua mencapai klimaksnya. Suara erangannya
terdengar keluar dari dalam mulut Josua sementara ia menghujamkan
penisnya dengan keras sekali lagi lalu memuntahkan cairan sperma jauh di
dalam vagina Sandra. Erangan dan desahan mereka bercampur seiring
dengan klimaks mereka yang akhirnya mereda juga. Cairan sperma yang
terlihat seperti gumpalan besar meleleh saat Josua menarik penisnya dari
dalam vagina istriku.
Dengan Sandra masih tergeletak lemas di atas ranjang, Lilo segera
melompat ke antara kaki Sandra. Ia mengoles-oleskan penisnya ke vagina
istriku yang basah oleh sperma Josua dan cairannya sendiri. Lalu dengan
mudah Lilo memasukkan penisnya ke dalam vagina Sandra yang sudah
meregang melebihi batas itu. Setelah beberapa genjotan, Lilo menarik
penisnya dan mengarahkan ke lubang anus istriku. Bahkan aku pun belum
pernah memasukkan penisku lewat pintu belakang. Aku menduga-duga apakah
istriku akan menghentikan perbuatan Lilo.
Ternyata Sandra tidak memberikan perlawanan sedikitpun, namun demikian
saat penis Lilo masuk setengahnya ke dalam liang duburnya, Sandra
meringis kesakitan. Tak lama setelah itu, otot-otot duburnya mulai
rileks dan Sandra mulai menggenjot pantatnya sehingga penis Lilo masuk
sepenuhnya ke dalam anusnya. Josua berpindah ke dekat wajah Sandra. Ia
memegang penisnya yang penuh dengan cairan sperma bercampur cairan cinta
dari vaginanya di atas mulutnya. Dengan lembut Sandra membersihkan
cairan itu dengan mulutnya dan sesekali memasukkan penis yang sudah
melemas itu sejauh yang ia bisa ke dalam mulutnya. Walau sudah melembek,
penis Josua tak kurang dari 18 cm panjangnya dan Sandra mampu menelan
sampai sekitar 15 cm sementara Lilo memompa anusnya yang masih perawan.
Suara erangan Lilo semakin membesar saat aku mengangkangi dada istriku
dan menekan kedua payudaranya ke penisku yang sudah berdenyut-denyut.
Dan aku mulai menggoyang-goyangkan pinggangku.
Sandra mengeluarkan penis Josua dari mulutnya dan mulai menjilati kepala
penis itu sambil memain-mainkan penis dan buah zakarnya yang licin.
Baru saja aku hendak memuntahkan spermaku ke atas dada dan wajah Sandra,
aku mendengar Lilo mengerang untuk yang terakhir kalinya saat ia
mengosongkan muatannya ke dalam pantat istriku. Hal ini membuatku
mencapai klimaks dan menyemburkan cairanku ke dada Sandra. Secepat kilat
aku meyodorkan penisku masuk ke dalam mulut istriku dan ia mulai
menyedot seluruh semburan sperma yang masih tersisa. Sandra terus
mengulum penisku yang melembek sementara aku terkulai lemas. Aku menoleh
ke belakang melihat Lilo menarik penisnya dari dalam anus istriku
dengan suara yang basah, “Thllrrrpp!” Lilo yang pertama kali
mengeluarkan suara, “Gilaaaaa, man! Enak beneerrrr!” Aku hanya dapat
menghela nafas begitu aku terkulai di samping Sandra. Sandra tersenyum
kepadaku dengan wajah nakal dan imutnya. Sambil masih bermain-main
dengan penis Josua yang besar itu,
Sandra berkata dengan pelan, “Elu bener-bener penuh kejutan, yah!”
“Bukan cuma gue, tuh,” jawabku, “Kelihatannya elu juga penuh kejutan!”